Categories
Uncategorized

SINERGI GERAKAN INTRA DAN EKSTRA KAMPUS

_MG_5676-crop“Peran mahasiswa adalah sebagai agent of change, social control, dan iron stock!”

Kalimat itu mulai terdengar saat orientasi mahasiswa baru di sesi materi peran mahasiswa. Bahkan di lain pemateri ada yang manambahkan bahwa mahasiswa memiliki peran sebagai moral force. Entah sejak kapan penjelasan tiga peran tersebut didefinisikan, namun pada fakta sejarahnya memang peran mahasiswa berkutat pada hal tersebut. Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang mewakili kelas menengah “dipercaya” masyarakat untuk membuat perubahan-perubahan di berbagai sektor.

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Boedi Utomo yang menjadi cikal bakal kebangkitan nasional lahir oleh para pemuda yang dikategorikan sebagai mahsiswa pada tahun 1908. Sumpah pemuda yang dilakukan pada tahun 1928 juga diinisiasi oleh para mahasiswa. Demikian pula dengan berbagai momentum lainnya hingga kemerdekaan, orde lama, dan orde baru tidak lepas dari gerakan para mahasiswa dan pemuda. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.

Momentum yang masih belum lama panas dan masih sering terdengar di telinga kita adalah reformasi. Mahasiswa berhasil menggalang kekuatan massa untuk menekan agar rezim Soeharto mundur dari jabatannya. Momentum reformasi dan berbagai momentum lainnya tentu tidak terjadi hanya dalam waktu yang sangat singkat, namun perjuangan itu telah diinisiasi sejak tahun-tahun sebelumnya. Peran mahasiswa sekarang ini masih menjadi diskusi panjang terkait bagaimana arah gerakan mahasiswa yang seharusnya dapat dijalani.

PR Mahasiswa

Krisis kepemimpinan yang dialami bangsa Indonesia menjadi salah satu PR bagi gerakan mahasiswa untuk segera diselesaikan. Oleh karena itu gerakan mahasiswa dapat menjadi kawah candra dimuka bagi mahasiswa untuk mendidik karakter seorang pemimpin. Gerakan mahasiswa yang terwadahkan dalam sebuah organisasi melatih mahasiswa untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, jujur, memiliki visi dan ideologi, serta banyak hal baik lainnya yang dapat dilatih.

“Menjadi mahasiswa adalah sebuah tanggungjawab yang dipertaruhkan kepada rakyat dan jati diri mahasiswa (idealisme) itu sendiri”

Posisi mahasiswa dan intelektual nantinya menjadi bagian penting dari perubahan peradaban. Identitas mahasiswa, jika boleh digampangkan adalah jiwa perlawanan dan alternatif, bukan sekedar mengikuti trend atau mainstream yang berlaku di masyarakat pada umumnya. Sebuah identitas yang sebenarnya patut dipertanyakan kepada pemiliknya, apakah jiwa perlawanan, kritis, pemberontakan, kritis terhadap kekuasaan dan kemapanan sudah tumbuh dan menjadi jiwa dan nurani mahasiswa? Jangan-jangan mereka hanya menjadi budak dan mesin-mesin pemikir langgengnya kekuasaan.

Gerakan Ekstra Kampus

Gerakan mahasiswa ekstra kampus merupakan salah satu wadah mahasiswa untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Mahasiswa memiliki peranan penting dalam mengubah sejarah kebangsaan dan perjalanan demokrasi.  Diakui atau tidak bahwa mahasiswa itu memiliki daya tarik tersendiri terkait dengan dunia perpolitikan di tanah air.

Gerakan mahasiswa yang ada di kampus terdikotomi antara gerakan intra dan ekstra kampus. Pembagian antara organisasi intra dan ekstra kampus karena pada realitanya kedua tipe organisasi tersebut memang berbeda, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan. Karena yang patut dipersalahkan sebetulnya ialah penyikapan atas perbedaan yang ada.

Perbedaan diantara keduanya terletak pada keterikatan dengan pihak kampus. Berbeda organisasi intra kampus yang begitu terikat dengan birokrat kampus, organisasi ekstra kampus berdiri independen tanpa terikat dengan birokrat kampus. Biasanya, organisasi intra kampus, karena merasa bahwa kampus merupakan ”rumah” mereka, maka sebisa mungkin peluang bagi organisasi ekstra kampus untuk ikut mewarnai dinamika kampus ditutup serapat-rapatnya. Tidak jarang usaha-usaha untuk mendiskreditkan organisasi ekstra kampus pun dilancarkan oleh para empunya kampus tersebut.

Organisasi ekstra kampus yang merasa ruang geraknya dibatasi tidak kehilangan akal untuk masuk ke kampus karena merasa juga menjadi bagian dari kampus. Berbagai macam celah pun dicaoba agar dapat ikut mewarnai dinamika kampus yang sedang berkembang. Kreativitas gerakan ekstra kampus dalam bergerak semakin diuji ketika muncul SK DIRJEN DIKTI Nomor 26/DIKTI/Kep/2002 tentang pelarangan organisasi ekstra kampus atau partai politik dalam kehidupan kampus. SK tersebut berisi bahwa melarang segala bentuk Organisasi Ekstra Kampus dan Partai Politik membuka sekretariat (perwakilan) dan atau melakukan aktivitas politik praktis di dalam kampus.

Kepentingan Politik?

Beberapa kalangan intra kampus yang menolak infiltrasi organisasi ekstra ke dalam kampus mereka karena alasan bahwa organisasi ekstra kampus memiliki kepentingan politik. Pertanyaan yang muncul ialah apakah gerakan mahasiswa, baik intra maupun ekstra kampus, bebas dari kepentingan politik?

Pendapat saya, baik intra maupun ekstra kampus, tidak terbebas dari kepentingan politik. Karena pada dasarnya, menurut Aristoteles, manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang berpolitik. Hanya saja, gerakan politik yang diusung oleh gerakan mahasiswa bukanlah gerakan politik kekuasaan (Power Political Movement) yang merupakan fungsi dasar partai politik dimana penetapan agenda dan target politik maupun pemilahan lawan dan kawan politik semata-mata sebagai urusan taktis dan strategis untuk memperkuat dan mengukuhkan posisi politiknya dalam percaturan kekuasaan sekarang dan di masa depan. Gerakan politik mahasiswa lebih pada gerakan politik nilai (Values Political Movement). Mahasiswa dituntut untuk memperjuangkan nilai-nilai (Values) atau sistem nilai (Values System) yang sifatnya universal seperti keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi, kepedulian kepada rakyat tertindas.

Menggagas Sinergi Positif

Berangkat dari tuntutan tersebut, maka sudah seharusnya gerakan mahasiswa menghindarkan diri dari jebakan dan manipulasi kepentingan elite maupun partai politik tertentu. Jika gerakan mahasiswa sudah terjebak pada agenda politik kalangan elite tertentu, maka entah kepada siapa lagi rakyat akan berharap jika para pengusung politik nilai saja sudah menggadaikan idealismenya.

Dikotomi yang ada antara organisasi intra dan ekstra kampus, biarlah itu menjadi kondisi obyektif dari gerakan mahasiswa. Jangan sampai dikotomi diantara keduanya dijadikan alasan untuk saling menganggap musuh antara gerakan mahasiswa. Karena yang terjadi saat ini mengarah pada hal tersebut.

Gerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan gerakan mahasiswa pada zaman-zaman perjuangan melawan tirani rezim Orba. Mahasiswa, baik yang berasal dari intra maupun ekstra kampus, saling bersinergis melakukan sebuah gerakan bersama untuk melawan setiap tindakan represif yang dilakukan oleh rezim saat itu. Hingga pada puncaknya, gerakan mahasiswa dapat memetik buah manis dari perjuangan yang mereka lakukan dengan ditandai turunnya Soeharto.

Mahasiswa yang mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di bangku kuliah, dituntut tidak hanya melulu memikirkan hal-hal yang bersifat akademis saja, tetapi juga diharapkan mampu menjadi tempat harapan bagi rakyat tertindas. Untuk itu, perlu kita rapatkan barisan gerakan mahasiswa ini. Jangan posisikan diri kita menjadi tersekat-sekat dalam ruang sempit yang sebetulnya itu hanya akan membinasakan kita sendiri. Baik organisasi intra maupun ekstra kampus sama-sama memiliki peran penting dalam gerakan mahasiswa. Mengapa kita tidak ”mengawinkan” atau menerima keduanya? Kecuali jika kita sebagai mahasiswa justru ingin memperlemah gerakan mahasiswa yang membawa nilai-nilai universal ini, maka wajar jika kita masih saja memposisikan organisasi intra versus organisasi ekstra kampus.

Wallahua’lam bish showab~